
INFOMASE, Depok: Hanya keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali. Peribahasa ini tepat sebagai pengingat Supian Suri bila ingin mentas di Pilkada Depok 2024.
Mengapa demikian, karena latar belakang birokrasi dengan politik biasanya tak bisa menyatu dan awet.
Seperti saat Yuyun Wirasaputra mendampingi Nur Mahmudi Ismail sebagai Wakil Wali Kota Depok 2004-2009 silam. Keharmonisan pasangan Politik PKS dengan mantan Sekertaris Daerah Kota Administratif Depok itu hanya bertahan delapan bulan.
Puncak ketidak harmonisan itu terjadi memasuki 1.5 tahun usia kepemimpinan mereka, dimana ada insiden pengempesan ban mobil dinas Nur Mahmudi Ismail oleh simpatisan Yuyun.
Tak bedanya, hal serupa juga dialami Muhammad Idris (Wali Kota Depok saat ini) yang langkahnya terbatas saat mendampingi Nur Mahmudi Isamail (NMI) di periode 2010-2015.
Perbedaan Muhammad Idris dengan Yuyun adalah fase saat mendampingi.
Ketika NMI berpasangan dengan Yuyun, keduanya sama-sama baru menginjak periode pertama. Otomatis di periode kedua, Yuyun (Wakil Wali Kota 2005-2010) bertarung dengan NMI yang mengusung tagline ‘Lanjutkan’.
Berbeda dengan posisi Muhammad Idris sebagai Wakil Wali Kota Depok 2010-2015 yang mana NMI tidak bisa mencalonkan diri lagi sebagai orang nomor satu di Kota Belimbing itu saat Pilkada Depok 2015.
Belajar dari pengalaman Yuyun Wirasaputra, Supian Suri harus memberanikan diri keluar dari zona aman. Yaitu dengan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Depok pada Pilkada Depok 2024 mendatang, melawan petahana Imam Budi Hartono dari PKS.
Apalagi sesuai dengan tagline Pertamina dimulai dari Nol, Supian Suri justru memiliki kans besar untuk menang dibandingkan Imam Budi Hartono. Karena Supian Suri memiliki ikatan darah dengan sang Wali Kota Depok Muhammad Idris.
Mumpung masih punya backing-an sampai 2024, (mengutip pernyataan Kaesang di channel youtube-nya) harusnya membuat Supian Suri lebih percaya diri maju jadi Depok Satu.
Bila akhirnya SS sapaan Supian Suri memutuskan ‘main aman’ mendampingi Imam Budi Hartono pada Pilkada Depok 2024. Ada dua kerugian yang kemungkinan dialami SS.
Pertama, suara IBH sapaan Imam Budi Hartono dengan SS bakal di dominasi dukungan dari loyalis Muhammad Idris. Faktanya saat ini orang Depok lebih mengenal SS daripada IBH, yang hanya ‘ban serep’ sang Mamang (M Idris).
Otomatis dalam Pilkada Depok 2024, SS menggendong IBH dari sisi pendulangan suara.
Kedua, SS akan bernasib seperti Lucky Hakim di Kabupaten Indramayu, yang ditinggal seada-adanya oleh sang Bupati. Karena IBH akan punya kepentingan melanjutkan kepemimpinan di periode berikutnya.
Baca Juga: Kaesang Solusi Kebuntuan PDIP di Pilkada Depok?
Ditambah lagi posisi Cing Ikah (istri SS) sebagai Ketua Jabar Bergerak akan berkontradiksi dengan upaya memuluskan Ridwan Kamil jadi Gubernur Jawa Barat kedua kalinya pada Pilgub 2024 mendatang. Lantaran, sudah bisa dipastikan Kang Emil sapaannya, bakal maju lagi di Pilgub Jabar untuk periode kedua bukan melalui kendaraan politik yang identik dengan warna orange itu.
Akankah Supian Suri senasib dengan Yuyun Wirasaputra dan Lucky Hakim atau mencetak sejarah dua periode sebagai wali kota berlatar belakang ASN. (LG)