
INFOMASE, Jakarta: Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Miranda S Goeltom mengatakan, di tengah krisis dunia akibat pandemi, peperangan, dan faktor lainnya, dunia internasional mengakui keberhasilan Indonesia dalam menjaga kondisi perekonomian tetap stabil.
“Secara umum Indonesia kuat untuk bertahan. Sepanjang sejarah perekonomian beberapa dekade terakhir, belum pernah dalam sejarah inflasi Indonesia lebih rendah daripada inflasi Amerika Serikat,” kata Miranda Gultom saat menjadi moderator di Lemhannas RI seperti dilansir dari Antaranews, Selasa (19/7).
Inflasi Indonesia hanya empat sampai lima persen, sementara Amerika Serikat mencetak inflasi mencapai sembilan persen. Menurut dia, hampir seluruh dunia mengakui Indonesia memiliki kebijakan keuangan dan kebijakan fiskal yang baik.
“Kita tidak perlu ragu kalau semua sudah mengakui kemampuan Indonesia dalam menghadapi krisis. Tapi tetap harus hati-hati,” kata mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia tersebut.
Dipaparkan Miranda, kondisi saat ini Indonesia tidak terlalu rentan sebagaimana tahun 1998 dahulu, karena didukung oleh berbagai kebijakan dan dukungan pemerintah menjaga kestabilan perekonomian.
“Saya merasa karena Indonesia tidak vulnerable seperti dulu. Sekarang Indonesia memiliki sektor keuangan yang bagus, kebijakan secara umum kondisinya juga baik, tools lebih banyak, finansial instrumen lebih banyak, juga dukungan pemerintah seperti peraturan pemerintah pengganti undang-undang dan sebagainya,”tutur Miranda.
Ketika ditanya, bagaimana potensi perekonomian Indonesia di tengah memburuknya perekonomian global, Miranda Goeltom menyebutkan ada potensi hal tersebut, namun tidak perlu khawatir karena Indonesia sudah memiliki cushion (bantalan) agar perekonomian tak semakin memburuk.
“Apakah Indonesia akan ikut memburuk? Bisa saja terjadi begitu, tetapi yang penting sebetulnya kita sudah punya tools (alat-alat). Indonesia punya monetary space yang cukup besar. Indonesia juga punya broad based industry yang beragam, saat satu harga turun, yang satu naik, juga harga komoditas, di satu sisi turun, harga komoditas lainnya naik,” tutur Miranda.
Akibat dari langkah-langkah tersebut, Indonesia termasuk dari sedikit negara yang dalam masa pandemi dari 2020 hingga 2022 tidak terlalu jauh turun pertumbuhan ekonominya dari yang diharapkan. Selain itu, kata dia, juga akan ada dampak akibat krisis Ukraina dan Rusia pada perekonomian global.
“Bila krisis Ukraina dan Rusia tidak selesai, tentu saja ada dampaknya. Akan tetapi, faktor itu tidak sendirian, perekonomian China juga berdampak ke Indonesia. Indonesia punya bantalan yang cukup untuk menghadapinya. Saya cukup optimistis, saat ini Indonesia memiliki berbagai tools dan instruments yang bisa dipakai,”papar Miranda Goeltom.
Terkait dengan upaya Indonesia yang memfokuskan dalam pembangunan infrastruktur, Miranda mengungkapkan bahwa memang terjadi perlambatan, tapi ke depannya justru akan membaik dan memperkuat perekonomian. (BH)