Vokasi UI dan Pertamina Gas Negara Beri Edukasi Ketahanan Energi

Webinar Ketahanan Energi yang digelar Vokasi UI dengan Pertamina Gas Negara. INFOMASE FOTO: Biro Humas dan KIP UI
Webinar Ketahanan Energi yang digelar Vokasi UI dengan PT Pertamina Gas Negara. INFOMASE FOTO: Biro Humas dan KIP UI

 

INFOMASE, Depok: Data dari Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan bahwa indeks ketahanan energi nasional dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, skor indeks Indonesia berada di angka 6,57 atau masuk di kondisi tahan (6 – 7,99). Ada beberapa alasan skor tersebut belum mencapai nilai sangat tahan, sebab aspek accessibility dan acceptability yang dinilai masih sangat kurang.

Guna mengambil peran perguruan tinggi dalam mendukung ketahanan energi Indonesia, Program Studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia bersama PT Pertamina Gas Negara, Tbk menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Wujudkan Ketahanan Energi Melalui Peran Generasi Muda”.

Dalam pemaparannya Division Head Marketing PT Pertamina Gas Negara Houstina Dewi Anggraini  menuturkan, masyarakat Indonesia saat ini masih kurang memahami pentingnya ketahanan energi yang berdampak besar bagi pembangunan nasional berkelanjutan.

“Kemandirian energi di Indonesia saat ini didominasi oleh penggunaan batu bara dan minyak bumi. Bahkan, Indonesia juga masih melakukan impor sebesar 32% kebutuhan minyak bumi nasional dan 76% kebutuhan LPG nasional. Hal tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari perwujudan negara yang memiliki kedaulatan energi,”papar Houstina dalam siaran pers yang dikirimkan Biro Humas dan KIP UI kepada redaksi Infomase.id, Senin (11/7).

Berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 mencanangkan Indonesia menjadi negara yang adil, makmur, mandiri, dan maju. Salah satu perwujudannya adalah melalui pengurangan penggunaan bahan bakar batu bara dan minyak bumi pada tahun 2025 yang dikonversikan menjadi energi baru dan terbarukan (EBT).

Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi emisi dari bahan bakar dan menggantikannya dengan EBT. Beberapa kebijakan energi nasional yang telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu memaksimalkan penggunaan EBT, pengurangan penggunaan minyak bumi dan batu bara, optimalisasi penggunaan gas alam dan EBT untuk konsumsi domestik, serta penghematan batu bara melalui penggunaan energi bersih.

“PGN juga berperan dalam menjaga ini melalui peningkatan pemanfaatan gas sebagai energi ramah lingkungan dan pembangunan infrastruktur energi untuk menyuplai ke konsumen akhir. Selain itu, harga gas yang lebih terjangkau, serta penyediaan pasokan gas dari berbagai sumber dan dalam jangka panjang juga dilakukan oleh PGN,” ujar Nina.

Sementara itu, Presiden Environmental Health Student Association (ENVIHSA) Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2021, Edgar Zeta menuturkan, peran dari masyarakat khususnya generasi muda, menjadi sangat penting sebagai agen perubahan dalam menjaga ketahanan energi nasional.

Edgar memaparkan, banyak faktor yang mempengaruhi pentingnya ketahanan energi bagi masyarakat, yaitu pertama yakni kebutuhan yang semakin meningkat, kedua yaitu SDA terbatas, ketiga yakni penopang perekonomian, keempat yaitu emergency preparedness, kelima yaitu keadilan sosial, dan keenam yakni ketahanan nasional.

“Generasi muda tentunya memiliki peran penting untuk mendukung program ini. Banyak hal yang dapat dilakukan kita saat ini dan berdampak besar bagi ketahanan energi di masa mendatang. Budaya jalan kaki dan penggunaan transportasi umum menjadi salah satu kebiasaan yang dapat mulai dilakukan untuk mendukung ketahanan energi tersebut,” papar Edgar.

Menurutnya, pemberdayaan masyarakat melalui sejumlah sosialisasi mengenai ketahanan energi, budaya hemat energi, pemanfaatan limbah untuk energi alternatif, pengembangan EBT, serta pemikiran visioner di masa mendatang juga menjadi hal yang perlu dilakukan oleh generasi muda. (BH)

Reaksi anda terhadap berita ini :
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0